Welcome ...

Saturday, July 20, 2013

Resensi Novel "Edensor"

Judul buku       : Edensor
Pengarang        : Andrea Hirata
Penerbit           : Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka)
Tahun terbit     : 2008
Tebal buku       : xii + 296 halaman

Setelah sukses dengan dua novel pertamanya yang langsung menjadi best seller, Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, Andrea Hirata mengeluarkan novel ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi yang lagi-lagi menjadi best seller, yaitu Edensor. Novel ini bercerita tentang keberanian bermimpi, kekuatan cinta, pencarian diri sendiri, dan penaklukan-penaklukan yang gagah berani. Di mana dalam novel ini diceritakan sebuah perjalanan yang menakjubkan dan penuh dengan halang rintang.

Edensor adalah sebuah desa khayalan dalam novel yang diberikan A Ling, wanita yang disukai Ikal sejak kecil, kepada Ikal. Desa tersebut sangat indah, sehingga Ikal merasa sangat kagum dengan desa tersebut.
Ikal, merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Ia lahir tanggal 24 Oktober, bertepatan dengan hari berdirinya PBB. Bersama Arai, sepupu jauh Ikal, ia telah melewati perjalanan yang sangat menakjubkan. Mereka telah menjelajahi Benua Eropa dengan berbagai kondisi.
Perjalanan mereka berawal setelah mereka menerima surat pengumuman tes beasiswa dari Belitong. Dalam surat itu, disebutkan bahwa mereka berdua berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi di Université de Paris, Sorbonne. Sebelum sampai di Paris, mereka telah menjumpai berbagai rintangan. Tetapi dengan tekad yang kuat mereka tidak menyerah.
Di Université Sorbonne, mereka bertemu dengan teman-teman dari berbagai negara di belahan dunia. Mereka mamiliki keunikan dan kekhasannya masing-masing. Di kelas mereka ada seorang wanita yang sangat cantik, sehingga ia diperebutkan oleh para lelaki. Ia adalah Katya. Tanpa diduga, ternyata Katya lebih memilih Ikal daripada lelaki lainnya yang dengan susah payah berusaha mendapatkan hatinya.
Sampai pada suatu hari, Ikal dan Arai berencana untuk keliling Eropa. Pada awalnya mereka kurang mendapat dukungan dari teman-temannya. Tetapi pada akhirnya mereka menyetujui juga usul tersebut. Mereka mengadakan kesepakatan: barang siapa yang berhasil menempuh paling banyak kota dan negara, dialah pemenangnya.
Dari sanalah petualangan mereka bermula. Mereka memulai perjalanan dengan uang yang cukup banyak, penghasilan pertama mereka sebagai manusia patung. Tetapi di tengah-tengah perjalanan banyak hal-hal yang tak terduga menghadang langkah mereka. Mulai dari keterbatasan uang yang mereka miliki, sehingga menyebabkan mereka makan seadanya di alam terbuka (daun-daunan). Selain itu mereka juga mengalami suatu keadaan yang sangat menegangkan, di mana mereka harus berhadapan dengan para berandalan yang hamper menghabisi nyawa mereka berdua.
Semua rintangan yang menghadang mereka lewati dengan tegar dan tanpa rasa takut sedikit pun. Selama di perjalanan mereka bertemu dengan berbagai macam orang dengan ciri khas yang berbeda-beda. Sampai akhirnya Ikal dan Arai sampai di Afrika. Di sana mereka bergabung dengan pengembara Saima. Mereka mengikuti langkah para pengembara tersebut sampai akhirnya mereka sampai di Zaire, Afrika.
Dari Afrika, mereka berangkat kembali menuju Paris untuk menyelesaikan kuliah. Di Paris, Ikal dan teman-temannya saling menceritakan pengalaman mereka masing-masing.
Dengan membaca buku ini, pembaca akan merasa seakan-akan mereka berada di Eropa dan negara-negara sekitarnya, karena Andrea Hirata telah merangkai kata demi kata dalam novel ini dengan sangat baik dan deskriptif. Bahasa yang digunakan juga mudah dipahami, meskipun banyak menggunakan bahasa Melayu. Tetapi untuk beberapa kata Melayu tertentu juga diberikan arti atau penjelasannya.
Dari segi fisik, novel ini sangat menarik. Judul yang digunakan “Edensor” dapat menarik minat pembaca, karena pembaca merasa penasara dengan arti kata Edensor itu sendiri. Cover yang digunakan juga tidak terlalu mencolok warna dan gambarnya.
Font atau besar ukuran huruf yang digunakan dalam novel ini juga sangat pas, Karena tidak terlalu kecil tetapi juga tidak terlalu besar. Dalam novel ini juga dimunculkan beberapa gambar pendukung yang diambil penulis ketika sedang melakukan perjalanan tersebut.
Sayangnya, kertas yang digunakan adalah kertas buram. Apabila kertas yang digunakan adalah kertas HVS mungkin minat pembaca akan lebih bertambah. Dan gambar-gambar pendukung dalam novel ini. Apabila gambar-gambar tersebut berwarna, mungkin akan menjadi lebih menarik.

Tetapi dibalik kekurangannya itu, Edensor  memiliki kekuatan tersendiri, yaitu dalam hal bahasa dan alur ceritanya. Bahasa yang digunakan sangat jelas dan tidak berbelit-belit, sehingga mudah dipahami. Alur cerita yang menceritakan perjalanannya menjelajah Benua Eropa menimbulkan rasa penasaran bagi para pembaca. Sehingga pembaca akan terus tertarik untuk membaca kelanjutan cerita tersebut. Alur ceritanya juga tidak membosankan karena selalu ada kejutan tersendiri di setiap bab-nya.

No comments:

Post a Comment