Judul buku : Edensor
Pengarang : Andrea Hirata
Penerbit : Penerbit Bentang (PT Bentang
Pustaka)
Tahun terbit : 2008
Tebal buku : xii + 296 halaman
Setelah sukses dengan
dua novel pertamanya yang langsung menjadi best
seller, Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, Andrea Hirata mengeluarkan
novel ketiga dari tetralogi Laskar
Pelangi yang lagi-lagi menjadi best
seller, yaitu Edensor. Novel ini
bercerita tentang keberanian bermimpi, kekuatan cinta, pencarian diri sendiri,
dan penaklukan-penaklukan yang gagah berani. Di mana dalam novel ini
diceritakan sebuah perjalanan yang menakjubkan dan penuh dengan halang rintang.
Edensor adalah sebuah desa khayalan dalam
novel yang diberikan A Ling, wanita yang disukai Ikal sejak kecil, kepada Ikal.
Desa tersebut sangat indah, sehingga Ikal merasa sangat kagum dengan desa
tersebut.
Ikal, merupakan anak
kelima dari enam bersaudara. Ia lahir tanggal 24 Oktober, bertepatan dengan
hari berdirinya PBB. Bersama Arai, sepupu jauh Ikal, ia telah melewati
perjalanan yang sangat menakjubkan. Mereka telah menjelajahi Benua Eropa dengan
berbagai kondisi.
Perjalanan mereka
berawal setelah mereka menerima surat pengumuman tes beasiswa dari Belitong.
Dalam surat itu, disebutkan bahwa mereka berdua berhasil mendapatkan beasiswa
untuk melanjutkan studi di Université de Paris, Sorbonne. Sebelum sampai di
Paris, mereka telah menjumpai berbagai rintangan. Tetapi dengan tekad yang kuat
mereka tidak menyerah.
Di Université
Sorbonne, mereka bertemu dengan teman-teman dari berbagai negara di belahan
dunia. Mereka mamiliki keunikan dan kekhasannya masing-masing. Di kelas mereka
ada seorang wanita yang sangat cantik, sehingga ia diperebutkan oleh para
lelaki. Ia adalah Katya. Tanpa diduga, ternyata Katya lebih memilih Ikal
daripada lelaki lainnya yang dengan susah payah berusaha mendapatkan hatinya.
Sampai pada suatu
hari, Ikal dan Arai berencana untuk keliling Eropa. Pada awalnya mereka kurang
mendapat dukungan dari teman-temannya. Tetapi pada akhirnya mereka menyetujui
juga usul tersebut. Mereka mengadakan kesepakatan: barang siapa yang berhasil menempuh
paling banyak kota dan negara, dialah pemenangnya.
Dari sanalah
petualangan mereka bermula. Mereka memulai perjalanan dengan uang yang cukup
banyak, penghasilan pertama mereka sebagai manusia patung. Tetapi di
tengah-tengah perjalanan banyak hal-hal yang tak terduga menghadang langkah
mereka. Mulai dari keterbatasan uang yang mereka miliki, sehingga menyebabkan
mereka makan seadanya di alam terbuka (daun-daunan). Selain itu mereka juga
mengalami suatu keadaan yang sangat menegangkan, di mana mereka harus
berhadapan dengan para berandalan yang hamper menghabisi nyawa mereka berdua.
Semua rintangan yang
menghadang mereka lewati dengan tegar dan tanpa rasa takut sedikit pun. Selama
di perjalanan mereka bertemu dengan berbagai macam orang dengan ciri khas yang
berbeda-beda. Sampai akhirnya Ikal dan Arai sampai di Afrika. Di sana mereka bergabung dengan
pengembara Saima. Mereka mengikuti langkah para pengembara tersebut sampai
akhirnya mereka sampai di Zaire, Afrika.
Dari Afrika, mereka
berangkat kembali menuju Paris untuk menyelesaikan kuliah. Di Paris, Ikal dan
teman-temannya saling menceritakan pengalaman mereka masing-masing.
Dengan membaca buku
ini, pembaca akan merasa seakan-akan mereka berada di Eropa dan negara-negara
sekitarnya, karena Andrea Hirata telah merangkai kata demi kata dalam novel ini
dengan sangat baik dan deskriptif. Bahasa yang digunakan juga mudah dipahami,
meskipun banyak menggunakan bahasa Melayu. Tetapi untuk beberapa kata Melayu
tertentu juga diberikan arti atau penjelasannya.
Dari segi fisik, novel
ini sangat menarik. Judul yang digunakan “Edensor”
dapat menarik minat pembaca, karena pembaca merasa penasara dengan arti kata Edensor itu sendiri. Cover yang digunakan juga tidak terlalu
mencolok warna dan gambarnya.
Font atau besar ukuran huruf yang digunakan dalam novel ini
juga sangat pas, Karena tidak terlalu kecil tetapi juga tidak terlalu besar.
Dalam novel ini juga dimunculkan beberapa gambar pendukung yang diambil penulis
ketika sedang melakukan perjalanan tersebut.
Sayangnya, kertas yang
digunakan adalah kertas buram. Apabila kertas yang digunakan adalah kertas HVS
mungkin minat pembaca akan lebih bertambah. Dan gambar-gambar pendukung dalam
novel ini. Apabila gambar-gambar tersebut berwarna, mungkin akan menjadi lebih
menarik.
Tetapi dibalik
kekurangannya itu, Edensor memiliki kekuatan tersendiri, yaitu dalam hal
bahasa dan alur ceritanya. Bahasa yang digunakan sangat jelas dan tidak
berbelit-belit, sehingga mudah dipahami. Alur cerita yang menceritakan
perjalanannya menjelajah Benua Eropa menimbulkan rasa penasaran bagi para
pembaca. Sehingga pembaca akan terus tertarik untuk membaca kelanjutan cerita
tersebut. Alur ceritanya juga tidak membosankan karena selalu ada kejutan
tersendiri di setiap bab-nya.
No comments:
Post a Comment